Disisi lain, Nafion® memiliki beberapa kelemahan antara lain tingginya
permeabilitas membran Nafion® terhadap bahan bakar, harganya mahal, dan
ketahanan termalnya rendah, sehingga dibutuhkan material baru sebagai bahan
untuk membuat membran pengangkut proton dengan karakteristik yang sama atau
lebih baik dari Nafion® (Li dkk., 2003; Byungchan, 2005; Lu dkk., 2005).
Pencarian material baru yang dapat digunakan sebagai pengganti Nafion®, yang
memiliki kapasitas tukar kation, murah, dan tahan terhadap termal yang tinggi
terus dilakukan. Penggunaan polimer sebagai membran polimer elektrolit mulaidikembangkan, salah satunya adalah polimer berstruktur aromatik seperti
polistirena. Polistiren (PS) merupakan polimer bergugus aromatik yang mudah
disintesis dari monomernya, stiren. Namun, PS tidak dapat menghantarkan proton
sehingga dibutuhkan proses sulfonasi untuk menghasilkan gugus sulfonat yang
dapat menghantarkan proton (Smitha dkk., 2003; Handayani dkk., 2007).
Peningkatan sifat-sifat membran polimer elektrolit seperti kapasitas tukar kation
(KTK), dan stabilitas termal dapat dilakukan dengan penambahan oksida. Oksida
merupakan material anorganik dengan karakteristik tahan terhadap suhu tinggi
dan memiliki ion-ion yang dapat dipertukarkan memberikan nilai lebih baik untuk
kinerja membran elektrolit dalam proses transfer proton (Yang, 2006). Oksida
yang memiliki karakteristik tersebut salah satunya adalah lempung. Lempung
merupakan material yang melimpah di alam. Selain memiliki stabilitas termal
yang baik, lempung bisa mengembang, gugus OH pada lempung dapat
terprotonasi dalam air, dan berperan sebagai penghantar proton (Wijaya dkk.,
2005)